Luka Pahit Kehidupan Gadis Perantauan pada Novel Namaku Hiroko

Kamis, 22 Mei 2025 17:49 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Cover novel \x22Namaku Hiroko\x22 karya Nh. Dini
Iklan

Novel "Namaku Hiroko" novel yang ditulis oleh Nh. Dini pada tahun 1972 menggambarkan perjuangan pahit seorang perempuan kebangsaan Jepang.

Hidup adalah pilihan. Kesalahan hanyalah pengiring dari sebuah pilihan. Namun, jika hal tersebut melewati batas yang seharusnya, maka alasan apapun tetap saja tidak bisa menutupi jejak dari kesalahan itu.

Novel "Namaku Hiroko" merupakan sebuah karya sastra tulis berbentuk novel yang ditulis oleh Nh. Dini pada tahun 1972 dengan bentuk perjuangan hidup pahit seorang perempuan kebangsaan Jepang.

Hidup sebagai anak pertama yang tumbuh dalam kesempitan ekonomi membuat sang tokoh utama, yakni Hiroko harus merelakan langkah kakinya meninggalkan desa menuju kota perantauannya untuk mengubah nasibnya. Karena di kota ada segudang lapangan pekerjaan yang lebih menjanjikan dirinya untuk bertahan hidup. Berikut kutipannya:

"Aku tercengkeram oleh demam kegugupan akan segera meninggalkan desa, akan berlayar menyeberangi laut hidup ke daratan lain yang sama sekali asing bagiku. Aku terlalu berbesar hati dapat meninggalkan rumah dengan segala kemurungannya. Janji Tomiko "tentang pekerjaan serahkan kepadaku" -selalu berdengung di telingaku."

 

Kehidupan yang tersaji pada perantauan kota amat keras, namun itu semua adalah pilihan Hiroko. Sayangnya, perempuan manis tersebut terjatuh pada lubang pergaulan yang salah karena faktor lingkungan tempat ia tinggal. Pergaulannya amat terasa gelap jika semakin berjalan menjauh. Berikut kutipannya:

"Dengan pasrah, kubiarkan ketegapan laki-laki membuka jalan ke dunia dewasa yang berisi teka-teki, tetapi sekaligus penuh janji gairah bagiku."

"Hidupku di kota banyak menolongku. Lingkungan membuat aku semakin mengerti, bahkan akhirnya mengenai hal terlarang, yang sesungguhnya hanyalah merupakan sebagian dari kehidupan itu sendiri."

 

Dan kesalahan yang diperbuat Hiroko pada ending cerita adalah ketika ia memilih menjadi perempuan simpanan dari laki-laki beristri. Walau ia terus menyangkal dengan berbagai alasan, tetapi hal buruk tersebut tidak bisa menutupi bahwa ia memang bersalah. Apalagi hal yang lebih mengejutkannya adalah laki-laki-laki itu tak lain merupakan suami dari sahabatnya sendiri. Berikut kutipannya:

"Aku tidak pernah menyesal memiliki pergaulan rahasia dengan laki-laki itu. Bagiku aku bukan perampas, karena dialah yang datang mengambilku dari kabaret, seperti juga langganan atau penonton lelaki lainnya. Kalau kemudian kejadian itu berkelanjutan, itu juga tidak disebabkan karena aku mau mengikatnya. Aku tidak pernah berusaha menahannya di tempatku supaya dia tidak kembali ke rumahnya dan bertemu atau hidup bersama keluarganya. Ya, aku tidak pernah merasa bersalah. Tetapi malam itu berita mengenai Natsuko menggoncangkan pikiranku. Apakah yang menyebabkan temanku itu berkehendak mengakhiri hidupnya?"

Bagikan Artikel Ini
img-content
Dzikra Mufti

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terkini di Analisis

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Analisis

Lihat semua